The system could not access your credential management server

The system could not access your credential management server

On HP desktop and workstation computers that don't use biometric logins, I normally uninstall all of the HP ProtectTools stuff.  Well, I used to up to and including Vista and for some reason stupidly thought that maybe in Windows 7, HP had got their software working properly.  Apparently, this assumption was incorrect.

The main issue that I've seen in the past is that the HP ProtectTools suite seems to bork occasionally which then results in the error message I named this blog entry after: "The system could not access your credential management server..." and also occasionally the following error message: "The server is not responding properly. Verify that the Credential Manager server is properly installed on the target server."  There's then no way you can log in to this system - either locally or onto the domain  Fun, fun!

Well, the fix (temporarily) is to disable the HP Credential Manager during login and long term is to uninstall the HP ProtectTools suite to leave the system able to work properly and reliably.

So, here's the drum:

1. At the login screen, click on the Log on with Wizard... link

2. Using the Logon Wizard, check the "Do not Log On to Credential Manager" option under the "More..." button

3. Log on using a Domain Administrator account (or a Local Administrator account)

4. In "Control Panel\Programs\Uninstall a program", click on "HP Protect Tools Security Manager Suite" and click Uninstall.  If prompted to uninstall various other Suite components first, please do so.  Reboot and you'll be able to log in normally again!

Regards,

The Outspoken Wookie

Source : http://hiltont.blogspot.com/2010/09/system-could-not-access-your-credential.html

Sekilas tentang Disaster Recovery Center (DRC) December 20, 2011

Tulisan ini didasari karena di perusahaan tempat saya bekerja sekarang telah dibangun DRC (Disaster Recovery Center) sebagai backup Data Center di Kantor Pusat yang akan segera diaktifkan. Arti penting DRC bagi kelancaran sistem IT di sebuah perusahaan  sebanding dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Setiap organisasi memiliki sejumlah rangkaian proses utama (core processes) yang biasanya ditunjang oleh beragam teknologi informasi  dan komunikasi (TIK) agar tercipta suatu mekanisme kerja yang efektif, efisien, dan terkendali dengan baik. Melihat bahwa core processes merupakan suatu penting yang harus selalu dijaga kinerjanya dalam arti kata tidak boleh sampai terjadi peristiwa dimana core processes terhenti aktivitasnya yang berarti pula perusahaan tidak dapat menciptakan produk dan/atau jasa yang seharusnya dihasilkan maka perusahaan harus memikirkan cara atau strategi dalam menghadapi sejumlah risiko yang berpotensi mengganggu jalannya aktivitas produksi tersebut.

Penggunaan teknologi informasi telah menjadi kebutuhan pokok bagi aktifitas organisasi, sehingga apabila layanan tersebut terhenti maka efeknya sangat serius, yaitu timbulnya berbagai resiko operasional, resiko reputasi dan reputasi pasar. Pencegahan terhadap resiko-resiko tersebut yang diakibatkan oleh bencana (disaster) seperti kebakaran, gempa bumi, banjir, tsunami dll dapat dilakukan dengan menyusun rencana pemulihan bencana (Disaster Recovery Plan/DRP) dengan dukungan DRC (Disaster Recovery Center) sebagai tempat/area penyimpanan serta pengolahan data dan informasi pada saat terjadinya bencana yang mengakibatkan Data Center yang ada mengalami gangguan temporary, sebagian atau bahkan rusak total sehingga memerlukan waktu yang lama untuk melakukan pemulihan. Core processes merupakan suatu proses penting yang harus selalu dijaga kinerjanya. Hal ini dilakukan dengan melindungi core process dari sumber-sumber yang berasal dari bencana alam, virus, terorisme, malicious acts dari dalam maupun luar serta unpredictable source lainnya. salah satu upaya untuk mengantisipasi bila hal-hal tersebut terjadi adalah dengan membangun sebuah Disaster Recovery Center (DRC). Dimana jika terjadi gangguan serius yang menimpa satu atau beberapa unit kerja penting di perusahaan seperti pusat penyimpanan dan pengolahan data dan informasi proses produksi tetap berjalan sebagaimana mestinya karena ada DRC yang mengambil alih fungsi unit yang “rusak” tersebut.

Disaster Recovery Center merupakan suatu fasilitas dalam perusahaan yang berfungsi untuk mengambil alih fungsi suatu unit ketika terjadi gangguan serius yang menimpa satu atau beberapa unit kerja penting di perusahaan, seperti pusat penyimpanan dan pengolahan data dan informasi. DRP (Disaster Recovery Plan) dan Disaster Recovery Center (DRC) sudah bukan hal yang baru di dunia IT Indonesia, bahkan Bank Indonesia telah mensyaratkan seluruh bank agar memiliki DRP/DRC  contohnya adalah ketika terjadi malapetaka yang menimpa sejumlah perusahaan besar dunia yang bermarkas di world trade center tetap dapat beroperasi (segera pulih kegiatan operasionalnya dalam waktu cepat), karena mereka telah mempersiapkan sejumlah DRC untuk mengantisipasi bencana yang tidak dikehendaki tersebut.

Secara umum DRC berfungsi untuk:

• Meminimalisasi kerugian finansial dan nonfinansial dalam meghadapi kekacauan bisnis atau bencana alam meliputi fisik dan informasi berupa data penting perusahaan

• Meningkatkan rasa aman di antara personel, supplier, investor, dan pelanggan

Membuat penambahaan Data Center, di lokasi yang aman dan terpisah digunakan hanya jika terjadi bencana, akan mengurangi efektifitas biaya dari masalah, dan akan menjadi kekuatan untuk menduplikat biaya di lokasi, sumberdaya, link komunikasi dan lainnya. Akan menghandle semua tugas yang berhubungan dalam mengatur profesional DRC, sehingga bisnis dapat terus berjalan. DRC yang kita tawarkan akan mempunyai fitur keamanan, dalam menjaga data center seperti mempunyai asuransi untuk bisnis continuity. Di banyak institusi beberapa membangun DRC di Bali dan sebagian ada di Bandung sedangkan perusahaan yang bertaraf internasional biasanya di Singapura atau di Hongkong contohnya BCA.

Mengingat betapa penting sekali bisnis continuity dalam sebuat organisasi, ada 3 pilihan type DRC yang sesuai dengan kondisi alokasi anggaran organisasi, yaitu :

• Cold DRC

Cold DRC ini menyediakan sistem yang sama seperti dilokasi data center di organisasi dimana aplikasi dan data akan diupload sebelum fasilitas DRC bisa digunakan, namun proses pemindahan dari data center ke lokasi DRC akan dilakukan secara manual.

• Warm DRC

Warm DRC akan menyediakan komputer dengan segala komponennya, aplikasi, link komunikasi, serta backup data yang paling update, dimana system tidak otomatis berpindah tetapi masih terdapat proses manual meskupun dilakukan seminimal mungkin.

• Hot DRC

Hot DRC ini mengatur secepat mungkin operasional bisnis, sistem dengan aplikasi, link komunikasi yang sama sudah di pasang dan sudah tersedia di lokasi DRC, data secara continu dibackup menggunakan koneksi live antara data center dan lokasi DRC, dan operasional bisnis akan berjalan pada saat itu juga, tanpa harus mematikan sistem di data center lama.

Membangun sebuah DRC yang baik, bukanlah suatu hal yang mudah, bahkan beberapa praktisi mengategorikannya sebagai sebuah aktivitas kompleks, karena di dalamnya terdapat beragam aspek dan komponen yang membutuhkan perhatian khusus dan serius. oleh karena itu, yang perlu dipelajari dan dipahami sungguh-sungguh oleh mereka yang ingin merencanakan dan mengembangkan DRC adalah metodologi pembangunannya. metodologi yang baik akan menekankan pada aspek-aspek sebagai berikut:

1. memberikan gambaran yang jelas kepada manajemen mengenai besarnya usaha yang harus dilakukan dalam merencanakan, mengembangkan, dan memelihara sebuah DRC.
2. menggalang komitmen penuh dari seluruh manajemen dan karyawan di berbagai lapisan organisasi untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan pengembangan DRC.
3. mendefinisikan kebutuhan recovery dipandang dari berbagai perspektif bisnis
4. memperlihatkan dampak kerugian yang akan diderita perusahaan jika DRC tidak segera dibangun.
5. memfokuskan diri pada pencegahan terjadinya gangguan dan mencoba untuk meminimalisasikan dampak negatif yang terjadi, walaupun tetap dipersiapkan berbagai usaha reaktif (recovery) seandainya gangguan tersebut benar-benar terjadi.
6. memudahkan proses pemilihan anggota tim yang bertangung jawab di dalam proses pengembangan DRC.
7. menghasilkan sebuah perencanaan recovery yang mudah dipahami, mudah diterapkan, dan mudah dipelihara.
8. mendefinisikan secara jelas bagaimana keberadaan DRC tersebut terintegrasi secara baik dengan sejumlah entiti bisnis lain yang dalam keadaan normal tetap berjalan.

Adapun metodologi perencanaan dan pengembangan DRC yang baik paling tidak harus memperhatikan 8 (delapan) tahapan utama, yaitu:

1. pre-planning activities (project initiation), merupakan tahap persiapan untuk menjamin bahwa seluruh pimpinan dan jajaran manajemen perusahaan paham betul mengenai karakteristik dan perlunya DRC dibangun.
2. vulnerability assessment and general definition of requirements, merupakan kajian terhadap potensi gangguan yang dapat terjadi karena kerapuhan sistem dan usaha untuk mendefinisikan kebutuhan akan DRC yang dimaksud.
3. business impact assessment, merupakan analisa terhadap dampak bisnis yang akan terjadi seandainya gangguan tersebut terjadi pada kenyataannya.
4. detailed definition of requirements, merupakan proses mendefinisikan kebutuhan secara lebih rinci setelah proses kajian terhadap dampak bisnis selesai dilakukan, sehingga perusahaan dapat memfokuskan diri secara tepat (karena adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki).
5. plan and center development, merupakan tahapan membangun perencanaan dan DRC yang dimaksud sesuai dengan spesifikasi kebutuhan yang telah didefinisikan sebelumnya.
6. testing and exercising program, merupakan rangkaian usaha uji coba atau latihan kinerja DRC dengan cara mensimulasikan terjadinya gangguan yang dimaksud.
7. execution, merupakan suatu rangkaian proses dimana DRC beroperasi sejalan dengan aktivitas bisnis sehari-hari perusahaan dalam keadaan normal.
8. maintenance and evaluation, merupakan usaha untuk memelihara dan mengevaluasi kinerja DRC dari waktu ke waktu agar selalu berada dalam kondisi yang prima dan siap pakai.

Infrastruktur disaster recovery mencakup fasilitas data center, wide area network (WAN) atau telekomunikasi, local area network (LAN), hardware, dan aplikasi. Dari tiap bagian ini kita harus menentukan strategi Disaster Recovery yang paling tepat agar dapat memberikan solusi yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Aspek lain yang perlu diperhatikan bahwa sumber daya manusia merupakan komponen penting dalam penyediaan layanan di mana mereka harus memberikan layanan (yang kadang-kadang berlebihan). Misalnya mereka siap bekerja jam 12 malam atau di luar jam kerja. Artinya dibutuhkan adanya “operator” yang standby 24 jam/hari. Hal tersebut dapat menjadi kendala yang perlu dipertimbangkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun dan negosiasi kontrak DRC:

1. DRC harus berada di daerah aman tapi dalam jarak yang terjangkau dari lokasi yang akan dilayaninya.
2. perjanjian kontrak harus mengidentifikasikan sumber-sumber secara spesifik dan pelayanan yang akan disediakan.
3. perjanjian kontrak sebaiknya berisi batasan jumlah maksimum pelanggan lain yang berlokasi sama dengan wilayah layanan perusahaan perusahaan bersagkutan.
4. perjanjian kontrak harus menspesifikasi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menanggapi laporan dari client.

Ada dua kelemahan perencanaan dan implementasi DRC, khususnya di Indonesia. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.

1. DRP/DRC masih dianggap sebagai suatu kelengkapan yang dilakukan hanya sekali saja. Banyak perusahaan yang merasa tenang setelah memiliki DRP/DRC, tidak pernah mereviewnya lagi selama bertahun-tahun. Perlu diingat bahwa perancangan DRP/DRC dimulai dengan mengidentifikasikan risk dan secara bertahap memprediksi dampaknya terhadap bisnis. Berdasarkan itulah muncul daftar prioritas yang harus diantisipasi kejadiannya dan dipersiapkan langkah penaggulangannya jika ancaman yang dikhawatirkan tersebut terjadi. Banyak perusahaan tidak menyadari (atau tidak mau tahu) bahwa di sisi penyebab, ‘bentuk-bentuk ancaman baru bermunculan‘ . Di ujung yang lain, ‘tuntutan bisnis bisa berubah‘, yang tadinya internet banking tidak dianggap krusial, menjadi krusial karena semakin banyak nasabah pengguna internet banking. Tentunya dinamika ini akan mengubah daftar ancaman serta skala prioritasnya. Sudah barang tentu, sebagai akibatnya DRP/DRC yang sudah disusun harus disesuaikan dengan perubahan tersebut. Bayangkan, apakah DRP/DRC yang sudah bertahun-tahun tidak pernah direview dan disesuaikan akan masih efektif?
2. DRP/DRC tidak diuji dengan memadai. Tidak sedikit perusahaan yang sudah memiliki DRP/DRC melakukan pengujian yang terbatas, pada kondisi yang sudah dipersiapkan, dan tidak dilakukan pada kondisi pengujian yang mendekati keadaan disaster yang sebenarnya. Pada keadaan disaster, semua orang berada dalam keadaan panik dan tidak semua resources tersedia seperti dalam keadaan normal, sehingga latihan yang dipersiapkan secara khusus mungkin tidak cukup mewakili atau mendekati keadaan disaster tersebut. Perlu sedikit keberanian untuk menguji DRP/DRC kita pada keadaan operasi normal. Jika tidak berani, bukankah itu menandakan bahwa masih ragu dengan kinerja dan kehandalan DRP/DRC?

Membangun DRC yang baik tentu saja memerlukan dana yang tidak sedikit. Perusahaan yang biasanya memutuskan untuk membangun DRC adalah mereka yang memiliki karakteristik usaha sebagai berikut:

1. Resiko terjadinya gangguan cukup tinggi karena nature dari proses atau teknologi yang dipakai di dalam menunjang core processes yang ada – misalnya dalam mengimplementasikan internet banking, remote trading, e-auction, dan lain sebagainya;
2. Resiko gangguan yang terjadi berpotensi mengganggu sejumlah besar (mayoritas) proses atau aktivitas yang sangat kritikal bagi kelangsungan hidup perusahaan – misalnya terkait dengan automated teller machine, corporate electronic payment system, automatic procurement system, dan lain sebagainya; dan
3. Resiko gangguan melekat pada sejumlah proses bernilai tinggi (value-added processes), yaitu serangkaian aktivitas dimana: terkait langsung dengan mekanisme penciptaan produk atau jasa, bersifat mutlak dilakukan oleh perusahaan agar tidak kehilangan sumber pendapatan, dan pelanggan “is willing to pay” untuk keberadaan proses tersebut.

 Prosedur Business Continuity Plan (BPC)

DRC diperlukan oleh perusahaan untuk mengatasi dampak dari bencana yang mungkin terjadi. Untuk itu diperlukan suatu proses perencanaan yang matang agar implementasi DRC berjalan efektif dan efisien. Rencana yang disusun tidak hanya mencakup aktivitas data processing, tetapi meliputi semua aspek di luar operasi data processing. Rencana tersebut harus meliputi prosedur yang telah diuji untuk meyakinkan keberhasilan proses recovery saat bencana benar-benar terjadi. Rencana yang sudah tersusun didokumentasikan dalam bentuk tulisan

Prosedur Disaster Recovery Plan merupakan penjabaran teknis tentang langkah-langkah atau proses pelaksanaan kegiatan recovery. Adapun kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahap ini adalah :

1. Reduction/Readiness/Prevention adalah kegiatan untuk mereduksi dampak disaster terhadap sistem kritikal yang digunakan  dan persiapan tentang segala hal yang diperlukan untuk melindungi sistem kritikal  pada saat terjadi disaster.
2. Response merupakan kegiatan yang harus dilakukan pertama kali pada saat terjadi disaster. Kegiatan yang dilaksanakan biasanya berupa kegiatan-kegiatan penaggulangan terkait dengan bisnis atau BCP, ditambah dengan proses analisis dampak disaster serta pengambilan keputusan mengenai kegiatan apa yang dilakukan untuk melakukan recovery terhadap sistem TI yang kritikal berdasarkan dampak disaster yang timbul.
3. Recovery merupakan kegiatan untuk memulihkan fungsi sistem TI yang kritikal dengan kapasitas sama persis atau kurang dari kapasitas sistem TI kritikal pada kondisi normal. Biasanya hasil dari kegiatan ini merupakan pemulihan sistem yang bersifat sementara, dimana akan ada kegiatan untuk mengembalikan fungsi sistem TI yang kritikal dengan kapasitas sama dengan atau bahkan lebih dari kapasitas sistem normal sebelumnya.  Strategi recovery tertentu yang diputuskan bisa diterapkan pada seluruh sistem TI yang Kritikal yang terimbas disaster.
4. Restoration/Normalization merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengembalikan sistem TI kritikal  beserta sistem pendukungnya pada fungsi dan kapasitas minimal seperti sebelum terjadinya disaster.

Sumber:http://www.ristinet.com/index.php?ch=8&lang=&s=d393cfd993bce4dd308ab1356deb47ff&n=227

Create Personal folders on my Mac in Outlook 2011

Follow these steps using Outlook 2011 on a Mac to create Personal folders. Personal folders (on your computer) are folders that are local to your machine. Email put in these folders are NOT on the server, so it decreases your email quota.

1. In Outlook 2011, select Preferences under the Outlook menu
2. Under Personal Settings, select General Icon
3. Uncheck both boxes under Folder List (make sure nothing is checked)
4. Close out of this preference
5. In Outlook, on left side, under your folders look for "ON MY COMPUTER" folders
6. Click on On my computer Inbox
7. Go up to Menu icons and select NEW - FOLDER
8. Type in the name you wish to call this folder
9. Click out of folder, and you now created a folder locally on your Mac.

The last step is to move mail from other folders into your newly created Local folders.

Source:  http://kb.mit.edu/confluence/display/istcontrib/Create+Personal+folders+on+my+Mac+in+Outlook+2011

Customize MMC with the Remote Desktops Snap-in for Windows 7

Greg Shultz shows you how to install and use the Remote Desktops Snap-in in Windows 7 to customize the Microsoft Management Console.

In last week's blog, "Create a Custom Microsoft Management Console in Windows 7," I showed you how to create a custom MMC using the snap-ins found on your system. I also told you that you could download snap-ins that you could then add to your custom console. If you regularly use Remote Desktop Connection in Windows 7 to connect to multiple systems on your network, you will be very interested to learn about the Remote Desktops Snap-in, which is designed to provide you with a centralized location to keep all your regularly accessed Remote Desktop Connections
The Remote Desktops Snap-in is a part of the Remote Server Administration Tools for Windows 7 with SP1 package that is available for download from the Microsoft Download site. As you might have surmised from the name, the majority of the tools in the Remote Server Administration Tools for Windows 7 with SP1 are designed to allow IT administrators to manage Windows Server 2003 and 2008 systems. However, the Remote Desktops Snap-in is a useful tool for anyone who uses Remote Desktop Connection in Windows 7.
In this edition of the Windows Desktop Report, I'll show you how to install and use the Remote Desktops Snap-in in Windows 7.

System Requirements

The Remote Server Administration Tools for Windows 7 with SP1 can be installed only on the Enterprise, Professional, or Ultimate editions of Windows 7 SP1. Also, keep in mind that there are both 32-bit and 64-bit versions of Remote Server Administration Tools for Windows 7 with SP1, so be sure and select the correct download.

Installation

The Remote Server Administration Tools for Windows 7 with SP1 download is named after a Windows Software Update: Windows6.1-KB958830-x86-RefreshPkg.msu; so it appears differently from a regular download package. In fact, once you launch the installation procedure you'll be prompted to install a Windows software update, as shown in Figure A. However, there's no need to worry -- this is simply an update to the Remote Server Administration Tools.

Figure A

The installation begins by asking if you want to install a Windows software update.

Once the package is installed on your system, you will use Windows 7's Programs and Features to install the tools that you want to use. To begin, click the Start button and type Programs and Features in the search box. When the Programs and Features shortcut appears in the results list, select it and press [Enter].
You'll then see the Programs and Features window and will need to select Turn Windows Features On or Off, as shown in Figure B. When the Windows Features dialog box appears, scroll down the list and expand the Remote Server Administration Tools branch. Then, select Remote Desktop Services Tools check box, as shown in Figure C. Then, click OK.

Figure B

From the Programs and Features window, select Turn Windows Features On or Off.

Figure C

You'll find the Remote Desktop Services Tools when you expand the Remote Server Administration Tools branch.

Launching the Remote Desktops Snap-in

At this point, you may find a shortcut to Remote Desktops on the Start menu or you may find the Remote Desktops shortcut on the All Programs | Administrative Tools menu. Either way, you can also access Remote Desktops by clicking the Start button and typing Remote Desktops in the search box.
In addition, keep in mind that Remote Desktop Services Tool actually includes two snap-ins:

• Remote Desktops and
• Remote Desktop Services Manager

Therefore, you can add them to a custom MMC if you want. (I'll examine the Remote Desktop Services Manager snap-in in more detail in a future blog post.)
Once the Remote Desktops console launches, it will be ready for you to begin adding your Remote Desktop connections, as shown in Figure D.

Figure D

When it first launches, Remote Desktops is empty and ready for you to begin adding your Remote Desktop Connections.

To add your connections, simply right-click on the Remote Desktops icon and select the Add New Connection command, as shown in Figure E. Then, when you see the Add New Connection dialog box, fill in the computer name or IP address and the logon information like I did in Figure F.

Figure E

You begin by selecting the Add New Connection command.

Figure F

You'll need to fill in the connection details.

Making connections

After you have added your Remote Desktop connections, you can connect to any one or all of the systems that you have added to the Remote Desktops console. Keep in mind that the default screen size setting is set to Expand to Fill MMC Result Pane. Therefore, you'll want to maximize the Remote Desktops console and may even want to resize the right pane so that it doesn't use any more screen space than is necessary to display the names of your connections. (To change the screen size setting, select the Properties command from the context menu and then choose the Screen Options tab.)
To make a connection, right-click on the name of a system and select the Connect command, as shown in Figure G. You'll then see the remote system in the window, as shown in Figure H. And, best of all you can connect to multiple systems at the same time and easily switch between them, as shown in Figure I.

Figure G

Right-click and select the Connect command.

Figure H

The remote desktop connection will appear.

Figure I

You can simultaneously connect to and switch between multiple systems.

 

Source : http://www.techrepublic.com/blog/windows-and-office/customize-mmc-with-the-remote-desktops-snap-in-for-windows-7/

When attempting to activate Office 2010 receive error "An unspecified error has occurred. Your request cannot be processed at this time. Please try again later. (0x80070190)

When attempting to activate Office 2010 receive error "An unspecified error has occurred. Your request cannot be processed at this time. Please try again later. (0x80070190)"

After installing Office 2010 Service Pack 2, you may receive the following error when attempting to Internet activate Office 2010:


This activation error is currently being investigated.  To activate Office 2010, please use one of the following workarounds:

1. Activate Office 2010 by using OSPP.VBS.

a. Open an administrative command-prompt
b. Run one of the following command-lines based on your Operating System:

x86
cscript "C:\Program Files\Microsoft Office\Office14\ospp.vbs" /act
x64
cscript "C:\Program Files (x86)\Microsoft Office\Office14\ospp.vbs" /act

2. Open any Office 2010 program using Run as Administrator

a. Go to Start | All Programs | Microsoft Office
b. Hold down the 'Shift' key and right-click any Office 2010 Program (ex. Microsoft Word 2010) and select Run as administrator
c. Follow the prompts to internet activate

3. Change the UserOperations key under HKEY_LOCAL_MACHINE\Software\Microsoft\OfficeSoftwareProtectionPlatform to have a value of 1.  Can automate this by running the following from an elevated command prompt:

reg add HKEY_LOCAL_MACHINE\software\microsoft\officesoftwareprotectionplatform /v USEROPERATIONS /t REG_DWORD /d 1 /f
After running this command, open any Office 2010 program and follow the prompts to internet activate.

Note - Setting UserOperations to a value of 1 permits administrator-privileged license operations including Internet or telephone activation by standard users.
4. If using a volume license version of Office 2010, use KMS activation instead of MAK activation.  For further information on KMS activation in Office 2010, please refer to the following Microsoft articles:

Plan KMS activation of Office 2010
http://technet.microsoft.com/en-us/library/ff603508(v=office.14).aspx
Deploy volume activation of Office 2010
http://technet.microsoft.com/en-us/library/ee624357(v=office.14).aspx

• 
  

0x80070190 Office 2010 activation

 

Source : http://blogs.technet.com/b/odsupport/archive/2013/09/11/when-attempting-to-activate-office-2010-receive-error-quot-an-unspecified-error-has-occurred-your-request-cannot-be-processed-at-this-time-please-try-again-later-0x80070190-quot.aspx

 

Error message when you run the "w32tm /resync" command to synchronize Windows Server 2003 or Windows SBS to an external time source: "The computer did not resync because no time data was available"

Error message when you run the "w32tm /resync" command to synchronize Windows Server 2003 or Windows SBS to an external time source: "The computer did not resync because no time data was available"

Symptoms

When you run the w32tm /resync command to synchronize Microsoft Windows Server 2003 or Microsoft Windows Small Business Server 2003 (Windows SBS) to an external time source, you receive the following error message:

The computer did not resync because no time data was available.

If you run the w32tm /config /syncfromflags:manual command or the w32tm /config/manualpeerlist:peerlist command to determine whether Windows is configured correctly, the commands complete successfully.

Back to the top | Give Feedback

Cause

This problem occurs if a Group Policy object for a Windows Time Service object is configured incorrectly.

Back to the top | Give Feedback

Resolution

To resolve this problem, examine the Group Policies that set the Windows Time Service Group Policy objects to their default values or to a value of Not Configured. Examine Group Policies on the computer and in the organization. Set these Windows Time Service Group Policy objects to use a value of Not Configured. To do this, follow these steps:

1. Open the container that contains the Group Policy object that you want to modify. To do this, follow these steps.
   
   For a domain object
   1. On a domain controller, click Start, click Run, type dsa.msc, and then click OK.
   2. In the Active Directory Users and Computers Microsoft Management Console (MMC) snap-in, right-click the container that contains the Group Policy object, and then click Properties. For example, right-click the container that represents the domain or the organizational unit, and then click Properties.
      
      Note If the server that has this problem is a domain controller, examine the Group Policy objects in the Domain Controllers container.
   3. In the ContainerName Properties dialog box, click the Group Policy tab.
   4. Click the Group Policy object that you want to modify, and then click Edit. For example, if you are examining the Group Policy objects in the Domain Controllers container, click Default Domain Controllers Policy, and then click Edit.
   
   For a local computer object
   
   Click Start, click Run, type gpedit.msc, and then click OK.
2. In the Group Policy Object Editor MMC snap-in, expand Computer Configuration, expand Administrative Templates, expand System, and then click Windows Time Service.
3. In the right pane, right-click Global Configuration Settings, and then click Properties.
4. In the Global Configuration Settings Properties dialog box, click Not Configured, and then click OK.
5. Expand Windows Time Service, click Time Providers, and then set all the objects in this node to Not Configured. To do this, follow these steps:
   1. In the right pane, double-click Enable Windows NTP Client, click Not Configured, and then click OK.
   2. In the right pane, double-click Configure Windows NTP Client, click Not Configured, and then click OK.
   3. In the right pane, double-click Enable Windows NTP Server, click Not Configured, and then click OK.
6. Exit Group Policy Object Editor, and then click OK to exit the ContainerName Properties dialog box.
7. Update Group Policy on the server that has this problem. To do this, follow these steps:
   1. Click Start, click Run, type cmd, and then click OK.
   2. At the command prompt, type gpupdate /force, and then press ENTER.
   
   
   
   Sumber : http://support.microsoft.com/kb/929276/en-us
    

 Error w32tm /query /source at windows server 2003

untuk di windows server 2003

 Gunakan script sbg berikut

net time /querysntp

 

Rules pada ms outlook tidak bisa di save

Microsoft Outlook ( one or more rules cannot be uploaded to Microsoft Exchange and have been deactivated. This could be becouse some of the parameters are not supported, or there is insufficient space to store all of your rules. )


admin pernah mengalami hal dibawah ini bingung dengan hal ini akhirnya bertapa di depan laptop sambil membaca mantra yang bunyinya ( embah google bantu saya wkwkwkw ) kidding



ketika search sana kemari akhirnya bertemu juga solusinya

itu di karenakan nama pada rulenya terlalu panjang jadi harus di rename berikut penjelasannya dari link microsoft

Method 1

Rename your rules to a shorter name. To rename a rule in Outlook, follow these steps.

For Outlook 2013 and Outlook 2010: 

1. On the File tab, click Info.
2. Then, click Manage Rules and Alerts.
3. On the E-mail Rules tab, click the rule that you want to rename.
4. Click Change Rules, and then click Rename Rule.
5. Type a new, shorter name for the rule, and then click OK.
6. Click OK to close the Rules and Alerts dialog box.

For Outlook 2007 and Outlook 2003:

1. On the Tools menu, click Rules and Alerts.
2. On the E-mail Rules tab, click the rule that you want to rename.
3. In the Change Rule list, click Rename Rule.
4. Type a new, shorter name for the rule, and then click OK.
5. Click OK to close the Rules and Alerts dialog box.

Method 2

Delete any old rules. To delete a rule in Outlook, follow these steps:

For Outlook 2013 and Outlook 2010: 

1. On the File tab, click Info.
2. Then, click Manage Rules and Alerts.
3. On the E-mail Rules tab, click the rule that you want to rename.
4. Click the Delete button, and then click Yes to confirm the deletion.
5. Click OK to close the Rules and Alerts dialog box.

For Outlook 2007 and Outlook 2003:

1. On the Tools menu, click Rules and Alerts.
2. On the E-mail Rules tab, click the rule that you want to delete.
3. Click Delete, and then click Yes to confirm the deletion.
4. Click OK to close the Rules and Alerts dialog box.

Method 3

Combine similar rules to reduce the overall size of your rules. If it is possible, combine similar rules to reduce the overall size of your rules. After you have combined similar rules, delete the rules that you do not need any more. To edit an existing rule in Outlook, follow these steps.

For Outlook 2013 and Outlook 2010:

1. On the File tab, click Info. 
2. Then, click Manage Rules and Alerts.
3. On the E-mail Rules tab, click the rule that you want to rename.
4. Click Change Rule, and then click Edit Rule Settings.
5. Modify the rule as appropriate.
6. Click OK to close the Rules and Alerts dialog box.

For Outlook 2007 and Outlook 2003:

1. On the Tools menu, click Rules and Alerts.
2. On the E-mail Rules tab, click the rule that you want to edit.
3. In the Change Rule list, click Edit Rule Settings.
   
   Modify the rule as appropriate.
4. When you are finished, click Finish, and then click OK to close the Rules and Alerts dialog box.
   
   Note If the rule is a client-only rule, you must click OK two times to close the Rules and Alerts dialog box.

Method 4

Move your personal folders (.pst) file to a location that has the shortest path name. If you have rules that move e-mail messages to a .pst file, move your .pst file to a location that has the shortest path name as possible. For example, move your .pst file to a location such as C:\file_name.pst. To move your .pst file in Outlook, follow these steps:

1. In the Navigation Pane, right-click Personal Folders or the folder name that appears for your .pst file, and then click Properties for folder_name.
   
   Note This folder will always be a top-level folder in the Navigation Pane, in Mail.
2. On the General tab, click Advanced.
3. In the Filename text box, make a note of the complete path and file name of the .pst file.
4. Click OK two times to close the folder_name Properties dialog box.
5. Quit Outlook.
6. Use Microsoft Windows Explorer to move your .pst file to the new location.
   
   Note By default, the location for a .pst file is the drive:\Documents and Settings\user_name\Local Settings\Application Data\Microsoft\Outlook folder. The default location is a hidden folder. To use Windows Explorer to locate this folder, you must first turn on the display of hidden folders. To do this, follow these steps:
   1. In Windows Explorer, click Folder Options on the Tools menu.
   2. Click the View tab.
   3. In the Advanced Settings section, click Show hidden files and folders under Hidden files and folders.
   4. If you want to see all file name extensions, click to clear the Hide extensions for known file types check box under Files and Folders.
      
      Note that hidden folders appear dimmed to indicate they are not typical folders.
   5. Click OK.
7. Use one of the following methods to open the mail item in Control Panel:
   • To do this on a Windows XP-based computer or on a Windows Server 2003-based computer, click Start, click Control Panel, click User Accounts, and then click Mail.
     
     Note If you are using the Classic view, click Start, click Control Panel, and then double-click Mail.
   • To do this on a Microsoft Windows 2000-based computer, click Start, point to Settings, click Control Panel, and then double-click Mail.
8. Click Show Profiles, and then click the profile that contains your .pst file.
9. Click Properties, and then click Data Files.
10. Click the .pst data file that you moved, and then click Settings.
11. When you are prompted that the data file could not be found at the old location, click OK.
12. Locate and then click your .pst file in the new folder location, and then click Open.
13. Click OK, and then click Close two times.
14. Click OK.
15. Quit Control Panel.
16. Restart Outlook.

Method 5

Clear the on this machine only check box. If you use a rule to move e-mail messages to a .pst file, click to clear the on this machine only check box unless you are accessing your Exchange Server e-mail from different client computers. To do this in Outlook, follow these steps:

For Outlook 2013 and Outlook 2010: 

1. On the File tab, click Info.
2. Then, click Manage Rules and Alerts.
3. On the E-mail Rules tab, click the rule that you want to rename.
4. Click Change Rule, and then click Edit Rule Settings.
5. Click to clear the On this machine only check box if the check box is selected.
6. Complete the Rules Wizard. Click OK to close the Rules and Alerts dialog box.

For Outlook 2007 and Outlook 2003:

1. On the Tools menu, click Rules and Alerts.
2. On the E-mail Rules tab, click the rule that you want to edit.
3. In the Change Rule list, click Edit Rule Settings.
4. If selected, click to clear the on this machine only check box.
5. Complete the Rules Wizard.
6. Click OK to close the Rules and Alerts dialog box.
   
   Note If you use client-only rules that point to local resource files, for example moving items to a folder in a .pst file, and you use multiple computers to access Microsoft Outlook, rule conflicts may occur. Therefore, some client-only rules may be disabled.

Sumber : http://support.microsoft.com/kb/886616

Bila cara diatas masih belum bisa di rules wizard uncheck on this computer only

setelah itu Finish